Takatidung merupakan salah satu distrik yang di
bawahi oleh swapraja (kawedanan Binuang) di bentuk pada tahun 1875 pada masa
Pemerintahan Belanda
swapraja artau kawedanan Binuang membawahi 4
distrik besar dengan gelar kebangsaan adalah sebagai berikut :
1. Distrik Takatidung dengan gelar Aromatoa
2. Distrik Anreapi Dengan Gelar Pambicara Lotong
3. Distrik Mirring dengan gelar Pambicara Lotong
4. Distrik Binuang dengan Gelar Aruang Malolo
tugas dari Distrik Takatidung bertanggung jawab penuh
kepada Swapraja/Kawadanan baik mengenai Pemerintah, keamanan dan kesejahteraan
rrakyat. Distrik Takatidung dibentuk oleh Pemerintah Belanda tahun 1938 yang
mana Aromato pertama dijabat oleh Andi Makkarumpa beliau mempin pemerintahan
kurang lebih 3 tahun seteleh melepaskan jabatannya digantikan oleh Aromatoa
kedua dijabat oleh Andi Badi Majalengka beliau memimpin pemerintahan kurang
lebih 27 tahun dan selanjutnya di gantikan Aromato ketiga dijabat oleh Andi
Maddaramang selama 23 tahun
Wilayah Distrik Takatidung meliputi 9 Desa yaitu :
1. Desa Tonyaman
2. Desa Mami
3. Desa Polewali
4. Desa Sulewatang
5. Desa Lantora
6. Desa Takatidung
7. Desa Madatte
8. Desa Manding
9. Desa Dara
Aromatoa ketiga yakni Andi Maddaramang merupakan
figur pemimpin yang tegas disegani, di hormati dan bijaksana dalam setiap
mengambil keputusan baik sebagai Kepala pemerintahan maupun sebagai bangsawan.
Andi Maddaramang, Andi Latanru dan Andi Mattalitti ketiganya adalah orang yang
berjasa pada terbentuknya Distrik Takatidung sehingga atas jasa dan
pengabdiannya oleh Pemerintah Polewali Mamasa Bupati Pertama H.
A. Hasan Mengga diabadikan sebagai nama jalan.
Seiring
dengan perjalanan waktu Distrik Takatidung dibubarkan pada tahun 1953
berubah menjadi Desa Takatidung yang mana Desa Takatidung pertama kali di jabat
oleh Andi Sipakari, beliau adalah keponakan dari Andi Maddaramang sehubungan
Desa Takatidung keberadaannya adalah wilayah Kota Polewali maka tahun 1975 Desa
Takatidung dinaikkan statusnya menjadi Kelurahan Takatidung oleh Bupati kedua
Letkol H. Abdullah Majid
Kelurahan Takatidung sudah 10 kali mengalami
pergantian lurah diantaranya :
1. H. Andi Sipakari
2. Andi Paturusi. S
3. Andi M. Ridwan, S.Sos
4. Hj. Tenri Dilung. S
5. Taswin Zakiyah, S.PdI
6. Drs. M. Saleh.R,M.Si
7. Abd. Samad
8. Andi Takrim SE, MM
9. Ir. Sudiboyo
10. Andi Alisadikin, S.Kom
Demikian sejarah singkat terbentuknya kelurahan takatidung sekian dan terima kasih.
Sumber
1. Maradia H. A. Andi Nurdin
2. Kantor Lurah takatidung
LETAK
GEOGRAFIS DAN BATAS ADMINISTRATIF
Wilayah Kelurahan Takatidung berbatasan dengan :
v Sebelah utara
: Kelurahan Darma
v Sebelah selatan : Teluk Mandar
v Sebelah timur : Kelurahan Lantora
v Sebelah barat : Kelurahan
Pekkabata/ Kelurahan Manding
Kelurahan Takatidung Kecamatan Polewali
Kabupaten Polewali Mandar Propinsi Sulawesi Barat memiliki 5 (Lima)
Lingkungan yang terdiri dari:
v Lingkungan Kamp. Pajala
v Lingkungan Takatidung
v Lingkungan Mangeramba
v Lingkungan Alli-alli
v Lingkungan Galung Latea
Batas Koordinat Kelurahan Takatidung adalah :
119 18”
45” - 119” 20’ 15” BT
3 24’
30” – 3” 26’ 15” LS.
Kelurahan Takatidung terletak di dataran rendah dengan ketinggian ± 2 meter di atas permukaan
laut dan beriklim tropis.
Peta Kelurahan
Jumlah penduduk Kelurahan Takatidung pada tahun 2015 berdasarkan
hasil proyeksi penduduk dimana Penduduk laki-laki dan perempuan masing-masing
berjumlah 3.130 jiwa dan 3.388 jiwa. Sehingga total Penduduk laki-laki dan perempuan yakni 6.518
jiwa. yang tersebar di 5 (Lima)
Lingkungan di Kelurahan Takatidung.
Adapun Luas wilayah Kelurahan Takatidung kurang lebih 449.99 Ha. Jarak ke pusat kecamatan 4
km, ke Kota Polewali Mandar 4 km dan jarak ke Ibukota Propinsi 210 km.
Secara
rinci luas masing-masing lingkungan serta sebaran jumlah penduduk
No
|
Lingkungan
|
Luas lingk (Ha)
|
Jmlpddk
|
Lk
|
Pr
|
KepadatanPenduduk
(jiwa/Ha)
|
% Pddk
|
1
|
Kamp. Pajala
|
6.45
|
1044
|
523
|
521
|
162
|
18%
|
2
|
Takatidung
|
15.32
|
966
|
461
|
505
|
63
|
16%
|
3
|
Mangeramba
|
13.39
|
1558
|
759
|
799
|
116
|
27%
|
4
|
Alli-alli
|
169.6
|
1142
|
554
|
588
|
7
|
20%
|
5
|
Galung
Latea
|
245.23
|
1080
|
529
|
551
|
4
|
19%
|
Total
|
449.99
|
6.518
|
3.130
|
3.388
|
352
|
100%
|
Tabel Struktur
Penduduk dari tingkat Pendidikan
No
|
TktPendidikan
|
JmlPddk
|
Persentase
|
1
|
TK
|
258
|
11%
|
2
|
SD
|
703
|
30%
|
3
|
SMP
|
773
|
33%
|
4
|
SMA
|
609
|
26%
|
Total
|
2.343
|
100%
|
\
Melalui data tingkat pendidikan di
atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar penduduk Kelurahan Takatidung telah
mendapatkan pendidikan yang cukup baik.
Hal ini dikarenakan sebagian besar
penduduk Kelurahan Takatidung minimal telah menyelesaikan wajib belajar 9
tahun. Selain itu, jumlah lulusan SLTA yang cukup besar dapat menghasilkan
sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki daya saing tinggi dalam dunia
kerja.
Berdasarkan Laporan Kependudukan Kelurahan
Takatidung bulan Oktober 2016, Kelurahan Takatidung memiliki jumlah penduduk
sebesar 6.518 jiwa yang terdiri atas 3.130 penduduk laki-laki dan 3.388 penduduk perempuan dengan jumlah Kepala Keluarga sebesar 2.087 jiwa.
Kelurahan Takatidung merupakan
Kelurahan yang memiliki sumber daya manusia terbilang bagus.
Sarana Pendidikan
Tk/Paud : 2 Buah
SD/MI : 3 Buah
SMP : 1 Buah
SMK : 1 Buah
Sarana Kesehatan
Pustu : 1 Buah
Posyandu : 4 Buah
Sarana Ibadah
Masjid : 9 Buah
Gereja : 4 Buah
Kelembagaan
LPM (Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat)
WKBSM
PKK
Karang Taruna
BKM
LSM
Kube Rumput Laut
Kube Pengelasan
Kube Nelayan Tangkap
Kube Budi daya Rumput Laut
Kube Pemasaran Ikan
-
Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk pasti tidak lepas dari
tingkat pendidikan yang dimilikinya, hal ini juga terjadi di Kelurahan
Takatidung yang sebagian besar warganya bermata pencaharian sebagai
perdagangan/jasa dan Perikanan/nelayang.
Jumlah penduduk Kelurahan Takatidung yang
bermata pencaharian sebagai perdagangan/jasa dan Perikanan/nelayang, yaitu
sekitar 522 jiwa sebagai Perdagangan/jasa dan 320 sebagai Perikanan/nelayang.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa 69% penduduk di Kelurahan Takatidung sebagian
besar bekerja sebagai Perdagangan/jasa dan Nelayang.
Rincian mata pencaharian penduduk Kelurahan
Takatidung terdapat pada tabel dibawah ini:
Tabel
Struktur Penduduk dari Jenis Pekerjaan
No
|
Pekerjaan
|
JmlPddk
|
Persentase
|
1
|
Pertanian/Peternakan
|
146
|
12%
|
2
|
Perikanan/Nelayan
|
320
|
26%
|
3
|
Pertambangan/Galian
|
0
|
0%
|
4
|
Industri/Pabrik
|
2
|
0%
|
5
|
Konstruksi/Bangunan
|
51
|
4%
|
6
|
Perdagangan/Jasa
|
522
|
43%
|
7
|
Pegawai Pemerintah
|
186
|
15%
|
Total
|
1.227
|
100%
|
-
Pekerjaan Mayoritas Warga
Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa penduduk
di kelurahan Takatidung sebagian besar penduduknya bekerja sebagai
perdagangan/jasa, yaitu sejumlah 522 jiwa. Kemudian posisi kedua adalah
perikanan/nelayan sejumlah 320 jiwa. Lalu posisi ketiga adalah pegawai
pemerintah sejumlah 186 jiwa.
Dan secara keseluruhan dapat diambil kesimpulan
bahwa mata pencaharian penduduk mayoritas di kelurahan Takatidung adalah
perdagangan/jasa dan perikanan/nelayan serta pegawai pemerintah.
-
Potensi Ekonomi
Di Kelurahan Takatidung mempunyai
beberapa sektor yang menunjang kegiatan perekonomian di kelurahan
tersebut, diantaranya yaitu pertanian dan perikanan/nelayan, sekalipun sebagian
besar penduduknya bekerja sebagai perdagangan/jasa. Produksi pertanian yang
dominan di kelurahan Takatidung yaitu dari sektor pertanian padi.
Sementara sektor perikanan/nelayan
yang jauh lebih menunjang kegiatan perekonomian selain perikanan laut adalah
perikanan air tawar dan perikanan tambak, yang ada di sepanjang pantai yang
landai di Kelurahan ini.
Hasil dari produksi pertanian
yakni padi langsung di jual kepada tengkulak. sedangkan perikanan laut, tawar,
dan tambak, langsung di datangi oleh pembeli sekalipun terkadang di pasarkan
langsung kepasar-pasar terdekat di luar
wilayah kelurahan tersebut.
Sementara Potensi Ekonomi yang
jauh lebih besar menambah pendapatan sebagian penduduk warga di Kelurahan
Takatidung khususnya pada sektor Perikanan/nelayang adalah Budidaya Rumput
Laut.
Hampir dari setengah jumlah
Penduduk yang bermukim di sepanjang pantai di Kelurahan Takatidung, menekuni
usaha budidaya rumput laut ini.
Selain dari pada sektor perikanan/nelayan,
sektor pertanian/peternakan khususnya bidang Peternakan merupakan salah satu
Potensi ekonomi di Kelurahan ini sekalipun masih saja terdiri dari satu,
dua kelompok namun cukup untuk menambah
pendapatan warga penduduk di
-
Masalah Ekonomi
Potensi yang cukup
memberikan harapan masyarakat juga menyisakan permasalahan yang perlu perhatian
lebih serius tidak lain adalah masalah perekonomian. Kondisi perekonomian
masyarakat Kelurahan Takatidung sangat
bervariasi namun rata-rata tergolong masyarakat menengah.
Mata pencaharian masyarakat bervariasi, ada yang menjadi PNS (Pegawai
Negeri Sipil), bekerja pada perusahaan swata, sopir, tukang becak, nelayang
bahkan wirausaha.
Kondisi perekonomian
yang tergolong dalam masyarakat menengah tersebut masih dapat mencukupi
kebutuhan sehari-hari warga masyarakat Kelurahan Takatidung. Kondisi
perekonomian yang tergolong dalam masyarakat menengah sangat memberikan dampak
yang cukup signifikan terhadap tingkat pendidikan
di kelurahan ini. selain dari
pada itu masalah perekonomian yang tidak sedikit menyita perhatian warga
masyarakat kelurahan Takatidung adalah
Kelompok budidaya/usaha rumput laut yang di mana hampir setengah dari
jumlah penduduk yang bermukim sepajang pantai pesisir kelurahan menekuni
pekerjaan/profesi ini.
Budidaya rumput
laut tentunya memiliki prospek dan potensi ekonomi yang mampu menyerap tenaga
kerja baru, namun lagi2, penduduk/warga kelurahan Takatidung di perhadapkan
pada kondisi aspek Perbankan dan aspek sumber daya manusia (SDM). Aspek
Perbankan tentunya Modal awal dan aspek SDM adalah dalam bentuk2 bantuan
Pelatihan kewirausahaan dari Pemerintah. sehingga tentunya hasil dari usaha
budidaya rumput laut, selain dijual mentah kepada tengkulak, namun juga bisa
diolah dalam bentuk adonan/Kue dll. Dari pernyataan salah satu informan
kelompok budidaya rumput laut kelurahan Takatidung yang banyak mengeluhkan dua
hal tersebut di atas.
-
Potensi Sosial
Masyarakat Kelurahan Takatidung merupakan masyarakat yang secara turun
temurun mendiami rumah di lingkungan mereka masing-masing. Dalam
perkembangannya , tidak sedikit pendatang yang ikut bertempat tinggal di
Kelurahan ini. Hal ini biasanya dikarenakan hubungan kekeluargaan dengan
masyarakat asli maupun karena faktor lokasi pekerjaan. Di sisi lain tidak
sedikit pula warga Takatidung yang meninggalkan kampung halamannya demi mencari
penghidupan yang lebih baik. Dan tidak sedikit dari mereka yang berhasil dengan
merantau di kota-kota besar di Indonesia.
Masyarakat Kelurahan Takatidung dengan
mayoritas bermata pencaharian sebagai Perdagangan/jasa dan Perikanan/nelayan.
Kelebihan atau keunikan yang mereka miliki, yang saat ini sangat sulit
ditemukan terutama di perkotaan adalah jiwa sosial yang sangat tinggi.
Antusiasme dalam mengikuti setiap kegiatan yang
diadakan berbagai pihak untuk kemajuan Kelurahan dengan sukarela mereka hadiri.
Jiwa gotong royong dan semangat saling membantu terhadap tetangga maupun warga
lainnya ditunjukkan dengan keikutsertaan mereka secara sukarela ketika ada yang
membutuhkan, ada yang memiliki hajat hingga pembangunan-pembangunan sarana
umum, mereka dengan ikhlas menyumbangkan pikiran, tenaga, bahkan harta untuk
memajukan Kelurahan. Meski tidak ada kegiatan budaya khusus tapi jiwa gotog
royong dan semangat kebersamaan menjadi modal dan potensi yang bisa memajukan
Kelurahan Takatidung ke depannya.
Secara
umum, masyarakat Kelurahan Takatidung tergolong sebagai masyarakat dengan
tingkat ekonomi menengah hal tersebut terlihat dengan jenis pekerjaan dimana
mereka masih memiliki sawah/pekarangan/tegalan yang juga menghasilkan. Secara
fisik, hal tersebut terlihat dengan bangunan-bangunan yang meski sederhana
telah berlantai meski plesteran. Dalam proses perencanaan Kelurahan secara
partisipatif ini, masyarakat Kelurahan Takatidung memiliki antusiasme serta
kepedulian untuk ingin tahu, ikut, dan berproses dalam tiap kegiatan yang
diadakan guna merencanakan Kelurahan Takatidung menjadi Kelurahan yang sehat,
berjati diri, berkarakter, dan produktif. Tidak sedikit dari mereka yang selalu
aktif memberikan masukan, gagasan, ide demi kemajuan Kelurahan. Hal tersebut
terlihat dari apresiasi mereka dalam setiap kegiatan. apresiasi mereka dalam
setiap kegiatan.
Permasalahan Sosial
sejumlah persoalan, antara
lain adalah masih tingginya persentase jumlah Kepala Rumah Tangga/MBR di Kelurahan Takatidung.
Berdasarkan data Base line yang di hasilkan TPP/TIPP Kelurahan Takatidung, persentase jumlah
Kepala Rumah Tangga/MBR pada tahun 2015 adalah 71,31%.
Hal ini disebabkan
pertumbuhan dan pembangunan wilayah tidak mampu mengatasi terjadinya
kesenjangan pendapatan antara masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dengan
yang berpenghasilan tinggi. (Non MBR).
Masyarakat berpenghasilan rendah sangat sulit
memperoleh rumah yang layak huni dan terjangkau, sehingga salah satu masalah
terbesar penataan Permikiman Kelurahan Takatidung adalah penataan pemukiman
padat.Tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan sekaligus
juga melambangkan tingkat kesejahteraan penghuninya.
Bagi orang-orang yang berpenghasilan besar, mereka
dapat membangun rumah bertingkat yang besar dan nyaman, memiliki halaman luas
dan asri dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang lengkap serta
memadai. Tetapi orang orang miskin hanya
mampu memiliki rumah yang bersifat sementara dan sangat jelek baik struktur
maupun infrastruktur yang ada.
Rumah-rumah dibangun seadanya saja sekedar bisa
berlindung dari panas dan hujan maupun dinginnya udara dimalam hari, karena
lahan yang ditempati bukan milik sendiri tetapi diperoleh secara illegal.
Penghuni pemukiman kumuh ini
harus puas tinggal dirumah petak atau gubuk reyot yang saling berhimpitan,
dikelilingi saluran air mampet dan sampah disepanjang jalan setapak dan lorong
–lorong sempit, dengan ruangan kecil di sepanjang pantai Kelurahan ini.
-
Potensi Budaya
Masyarakat Kelurahan Takatidung
adalah masyarakat yang sangat kental dengan budaya-budaya lokal secara turun
temurun. Diantara budaya lokal tersebut yakni Mappatamma, Maulid Nabi dan acara
Rabana. Mappatamma adalah satu jenis budaya warga masyarakat ketika Khatam
Al-Qur,an sebagai wujud apresiasi orang tua kepada anaknya, dimana Pujaan
hati/anak duduk diatas punggung kuda/Sayyang Pattu’du.
Sayyang
Pattu’du adalah kuda yang dihias dan akan menari apabila mendengar bunyi
kendang Rabana, lalu kemudian diarak di ikuti bunyian alunan kendang Rabana
menuju kerumah guru ngaji untuk menguji bahwa anak tersebut sudah benar2
tamat/Khatam Al-Qur,annya. Sementara Maulid Nabi adalah satu rangkaian jenis
budaya memperingati hari kelahiran Nabi besar Muhammad SAW....
-
Permasalahan Budaya
Sejalan dengan perkembangan jaman dan waktu yang sekarang ini di
kelurahan Takatidung, budaya yang menjadi turun temurun warga masyarakat
kelurahan Takatidung seperti yang telah di paparkan diatas kini tidak semarak
yang di lakukan warga Takatidung semasa 15 tahun silam. Ini tidak lain di
sebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor sosial dan budaya itu
sendiri. Faktor kemiskinan dan apatisme warga masyarakat sebagai pemicu
utamanya.
Kemiskinan tersebar disepanjang pelosok2 wilayah permukiman kumuh
kelurahan Takatidung. Berdasarkan data Base line
yang di hasilkan TPP/TIPP Kelurahan Takatidung, persentase jumlah Kepala Rumah
Tangga/MBR pada tahun 2015 adalah 71,31%.
Dengan
kesenjangang sosial yang sangat tinggi tentunya membuat budaya-budaya lokal
yang seharusnya dilestarikan kini pelan2 hilang dari peradabannya. Sekalipun
masih saja ada beberapa warga kelurahan Takatidung merayakan budaya Mappatamma,
Maulid Nabi, Sayyang Pattu’du dan Rabana namun budaya tersebut di lakukan oleh
warga masyarakat menengah keatas/Non MBR.
Kesenjangan
sosial yang sangat tinggi, berdampak juga pada dunia pendidikan anak2. Sehinnga
berdasarkan salah seorang informan di kelurahan Takatidung, mengatakan bahwa
tidak ada jaminan budaya lokal yang menjadi turun temurun, bisa lagi di
lestarikan khususnya kepada generasi muda di kelurahan Takatidung..
KONDISI FISIK DASAR
Kondisi Topografi
Kondisi topografi di Kelurahan
Takatidung berada di Dataran rendah daerah Pesisisir dan mempunyai
ketinggian 0-12 (MDPL) meter diatas
permukaan laut dan beriklim Tropis. Pada wilayah Kelurahan Takatidung terdiri
dari 5 lngkungan. Dan luas keseluruhannya memiliki total 3,84 km2,
wilayah/lingkungan yang merupakan wilayah terbesar adalah lingkungan Galung
Latea, dengan luas 245,23 Ha dan wilayah yang terkecil adalah lingkungan Kamp
Pajala, luas 6,45 Ha.
Kondisi Geologi
Mayoritas masyarakat kelurahan Tatidung adalah
bermata pencaharian sebagai petani. Jenis tanah yang terdapat di wilayah
kelurahan Takatidung sebagian besar terdiri dari jenis tanah ALUVIAL.
Hal ini dikarenakan jenis tanah di wilayah
kelurahan Tatidung sangat subur dan cook untuk pertanian, karena jenis tanah
tersebut terbentuk dari endapan tanah liat bercampur dengan pasir halus,
berwarna coklat hitam kelabu dengan daya penahan air yang yang baik dan banyak
mengandung mineral yang baik untuk pertumbuhan tanaman.
Kondisi Hidrologi
Guna peningkatan kualitas
lingkungan,kondisi hidrologi terkait dengan beberapa hal antara lain;
ketersediaan air baku, sistem pembuangan air limbah (drainase),dan penanganan
daerah genangan,serta kepekaan tanah dalam hal penanganan lahan untuk penyiapan
infrastruktur lingkungan. Kedalaman air
tanah di Kelurahan Takatidung antara 5-7 meter,
hal
tersebut dapat terlihat dari kedalaman sumur artesis yang digunakan oleh
masyarakat sebagai salah satu sumber air baku. Kondisi air tanah tersebut
memilik ifiltrasi yang kurang sehingga untuk dijadikan sebagai sumber air minum
(konsumsi) memerlukan pengolahan hingga memperoleh air minum yang higienis
berdasarkan standar kesehatan untuk layak konsumsi.
Kondisi Iklim
Iklim yang berkembang di wilayah kelurahan
Takatidung adalah iklim tropis rendah hingga tinggi. Iklim tropis rendah hingga
tinggi meliputi sebagian besar wilayah kelurahan ini.
KONDISI FUNGSI PENGGUNAAN LAHAN
Tata guna lahan merupakan suatu
bentuk penggunaan lahan di suatu daerah. Secara umum, tata guna lahan dibagi
menjadi 2, yaitu: Terbangun, adalah lahan yang sudah dimanfaatkan dengan
pendirian bangunan berupa perumahan, jalan, dan bangunan sarana seperti sarana
perdagangan dan jasa, pendidikan, kesehatan, peribadatan, sosial budaya, dan
lain-lain; Tidak terbangun, adalah lahan yang tidak dimanfaatkan dengan
pendirian bangunan, yaitu sawah, ladang, tambak, ruang terbuka hijau, lapangan,
dan makam.
Lahan pertanian di kelurahan
Takatidung digunakan untuk sawah. Luas lahan pertanian jauh lebih besar
dari lahan perkebunan Perikanan air tawar dan tambak di kelurahan Takatidung.
Potensi Lahan
Sebagaimana kondisi geologi di kelurahan Takatidung,
struktur tanah lahan pertanian dan perkebunan sangat subur, berdasarkan data
base line tahun 2015, rata2 masyarakat kelurahan Takatidung mayoritas bermata
pencaharian sebagai Petani, sebesar 12%.
Selain lahan pertanian dan perkebunannya yang
subur, masih banyak lahan2 yang masih
kosong. Sehingga bisa memberi ruang bagi penduduk warga kelurahan Takatidung
untuk lebih menata wilayahnya biar Nampak lebih asri, hijau diantaranya adalah
Ruang Terbuka Hijau/RTH.
Permasalahan Tata Guna Lahan
Masyarakat Kelurahan Takatidung, masih saja di sisakan
masalah tata guna lahan. Ini tidak lain di Kelurahan Takatidung hampir rata2
penduduk/warganya tinggal dan bermukim di sepanjang garis sempadan laut dan
sungai, dan kondisi bangunan hunian satu dengan lainnya tidak teratur sesuai dengan
Standar Pelayanan Minimum (SPM).
Data base line tahun 2015, menunjukkan angka
Keteraturan Bangunan hanya sebesar 47%, yang berarti di Kelurahan Takatidung
masih saja disisakan berbagai persoalan terkait
Permasalahan Tata Guna Lahan.
Permasalahan Tata Guna Lahan di Kelurahan Takatidung
diantaranya adalah: Bangunan hunian yang tidak menghadap keakses jalan, atau
menghadap keakses jalan namun lebar jalannya tidak sesuai dengan SPM atau (a ≤
1.5 m).
Tidak ada komentar:
Write komentar