Senin, 12 Juni 2017






SEJARAH TERBENTUKNYA KELURAHAN TAKATIDUNG

Takatidung merupakan salah satu distrik yang di bawahi oleh swapraja (kawedanan Binuang) di bentuk pada tahun 1875 pada masa Pemerintahan Belanda
swapraja artau kawedanan Binuang membawahi 4 distrik besar dengan gelar kebangsaan adalah sebagai berikut :
1.      Distrik Takatidung dengan gelar Aromatoa
2.      Distrik Anreapi Dengan Gelar Pambicara Lotong
3.      Distrik Mirring dengan gelar Pambicara Lotong
4.      Distrik Binuang dengan Gelar Aruang Malolo
tugas dari Distrik Takatidung bertanggung jawab penuh kepada Swapraja/Kawadanan baik mengenai Pemerintah, keamanan dan kesejahteraan rrakyat. Distrik Takatidung dibentuk oleh Pemerintah Belanda tahun 1938 yang mana Aromato pertama dijabat oleh Andi Makkarumpa beliau mempin pemerintahan kurang lebih 3 tahun seteleh melepaskan jabatannya digantikan oleh Aromatoa kedua dijabat oleh Andi Badi Majalengka beliau memimpin pemerintahan kurang lebih 27 tahun dan selanjutnya di gantikan Aromato ketiga dijabat oleh Andi Maddaramang selama 23 tahun
Wilayah Distrik Takatidung meliputi 9 Desa yaitu :
1.      Desa Tonyaman
2.      Desa Mami
3.      Desa Polewali
4.      Desa Sulewatang
5.      Desa Lantora
6.      Desa Takatidung
7.      Desa Madatte
8.      Desa Manding
9.      Desa Dara
Aromatoa ketiga yakni Andi Maddaramang merupakan figur pemimpin yang tegas disegani, di hormati dan bijaksana dalam setiap mengambil keputusan baik sebagai Kepala pemerintahan maupun sebagai bangsawan. Andi Maddaramang, Andi Latanru dan Andi Mattalitti ketiganya adalah orang yang berjasa pada terbentuknya Distrik Takatidung sehingga atas jasa dan pengabdiannya oleh Pemerintah Polewali Mamasa Bupati Pertama    H. A. Hasan Mengga diabadikan sebagai nama jalan.
Seiring  dengan perjalanan waktu Distrik Takatidung dibubarkan pada tahun 1953 berubah menjadi Desa Takatidung yang mana Desa Takatidung pertama kali di jabat oleh Andi Sipakari, beliau adalah keponakan dari Andi Maddaramang sehubungan Desa Takatidung keberadaannya adalah wilayah Kota Polewali maka tahun 1975 Desa Takatidung dinaikkan statusnya menjadi Kelurahan Takatidung oleh Bupati kedua Letkol H. Abdullah Majid
Kelurahan Takatidung sudah 10 kali mengalami pergantian lurah diantaranya :
1.      H. Andi Sipakari
2.      Andi Paturusi. S
3.      Andi M. Ridwan, S.Sos
4.      Hj. Tenri Dilung. S
5.      Taswin Zakiyah, S.PdI
6.      Drs. M. Saleh.R,M.Si
7.      Abd. Samad
8.      Andi Takrim SE, MM
9.      Ir. Sudiboyo
10.  Andi Alisadikin, S.Kom

Demikian sejarah singkat terbentuknya kelurahan takatidung sekian dan terima kasih.
Sumber
1. Maradia H. A. Andi Nurdin
2. Kantor Lurah takatidung









LETAK GEOGRAFIS DAN BATAS ADMINISTRATIF

Wilayah Kelurahan Takatidung berbatasan dengan :

v  Sebelah utara      : Kelurahan Darma                        
v  Sebelah selatan   : Teluk Mandar
v  Sebelah timur      : Kelurahan Lantora                   
     v  Sebelah barat       : Kelurahan Pekkabata/ Kelurahan Manding 

Kelurahan Takatidung Kecamatan Polewali Kabupaten Polewali Mandar Propinsi Sulawesi Barat memiliki 5 (Lima) Lingkungan yang terdiri dari:

v  Lingkungan Kamp. Pajala
v  Lingkungan Takatidung
v  Lingkungan Mangeramba
v  Lingkungan Alli-alli
v  Lingkungan Galung Latea

Batas Koordinat Kelurahan Takatidung  adalah :
119 18” 45” - 119” 20’ 15”  BT
3 24’ 30” –  3” 26’ 15”  LS.

Kelurahan Takatidung terletak di dataran rendah dengan ketinggian ± 2 meter di atas permukaan laut dan beriklim tropis.

Peta  Kelurahan

 



Jumlah penduduk Kelurahan Takatidung pada tahun 2015 berdasarkan hasil proyeksi penduduk dimana Penduduk laki-laki dan perempuan masing-masing berjumlah 3.130 jiwa dan 3.388 jiwa. Sehingga total  Penduduk laki-laki dan perempuan yakni 6.518 jiwa. yang  tersebar di 5 (Lima) Lingkungan  di Kelurahan Takatidung. 

Adapun Luas wilayah Kelurahan Takatidung kurang lebih 449.99 Ha. Jarak ke pusat kecamatan 4 km, ke Kota Polewali Mandar 4 km dan jarak ke Ibukota Propinsi 210 km.

Secara rinci luas masing-masing lingkungan serta sebaran jumlah penduduk

No
Lingkungan
Luas lingk (Ha)
Jmlpddk
Lk
Pr
KepadatanPenduduk
(jiwa/Ha)
% Pddk
1
Kamp. Pajala
6.45
1044
523
521
162
18%
2
Takatidung
15.32
966
461
505
63
16%
3
Mangeramba
13.39
1558
759
799
116
27%
4
Alli-alli
169.6
1142
554
588
7
20%
5
Galung Latea
245.23
1080
529
551
4
19%

Total
449.99
6.518
3.130
3.388
352
100%



                                 Tabel Struktur Penduduk dari tingkat Pendidikan
No
TktPendidikan
JmlPddk

Persentase

1
TK
258
11%
2
SD
703
30%
3
SMP
773
33%
4
SMA
609
26%

Total
2.343
100%








\
Melalui data tingkat pendidikan di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar penduduk Kelurahan Takatidung telah mendapatkan pendidikan yang cukup baik.

Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk Kelurahan Takatidung minimal telah menyelesaikan wajib belajar 9 tahun. Selain itu, jumlah lulusan SLTA yang cukup besar dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki daya saing tinggi dalam dunia kerja.

Berdasarkan Laporan Kependudukan Kelurahan Takatidung bulan Oktober 2016, Kelurahan Takatidung memiliki jumlah penduduk sebesar 6.518 jiwa yang terdiri atas 3.130 penduduk laki-laki dan 3.388 penduduk perempuan dengan jumlah Kepala Keluarga sebesar 2.087 jiwa.
Kelurahan Takatidung merupakan Kelurahan yang memiliki sumber daya manusia terbilang bagus.
Sarana Pendidikan
Tk/Paud : 2 Buah
SD/MI : 3 Buah 
SMP : 1 Buah
SMK : 1 Buah
Sarana Kesehatan
Pustu : 1 Buah
Posyandu : 4 Buah
Sarana Ibadah
Masjid : 9 Buah
Gereja : 4 Buah
Kelembagaan
LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat)
WKBSM
PKK
Karang Taruna
BKM
LSM
Kube Rumput Laut
Kube Pengelasan
Kube Nelayan Tangkap
Kube Budi daya Rumput Laut
Kube Pemasaran Ikan



-          Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk pasti tidak lepas dari tingkat pendidikan yang dimilikinya, hal ini juga terjadi di Kelurahan Takatidung yang sebagian besar warganya bermata pencaharian sebagai perdagangan/jasa dan Perikanan/nelayang. 

Jumlah penduduk Kelurahan Takatidung yang bermata pencaharian sebagai perdagangan/jasa dan Perikanan/nelayang, yaitu sekitar 522 jiwa sebagai Perdagangan/jasa dan 320 sebagai Perikanan/nelayang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 69% penduduk di Kelurahan Takatidung sebagian besar bekerja sebagai Perdagangan/jasa dan Nelayang.

Rincian mata pencaharian penduduk Kelurahan Takatidung terdapat pada tabel dibawah ini:


 Tabel  Struktur Penduduk dari Jenis Pekerjaan

No
Pekerjaan
JmlPddk

Persentase

1
Pertanian/Peternakan
146
12%
2
Perikanan/Nelayan
320
26%
3
Pertambangan/Galian
0
0%
4
Industri/Pabrik
2
0%
5
Konstruksi/Bangunan
51
4%
6
Perdagangan/Jasa
522
43%
7
Pegawai Pemerintah
186
15%

Total
1.227
100%













-          Pekerjaan Mayoritas Warga

Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa penduduk di kelurahan Takatidung sebagian besar penduduknya bekerja sebagai perdagangan/jasa, yaitu sejumlah 522 jiwa. Kemudian posisi kedua adalah perikanan/nelayan sejumlah 320 jiwa. Lalu posisi ketiga adalah pegawai pemerintah sejumlah 186 jiwa.

Dan secara keseluruhan dapat diambil kesimpulan bahwa mata pencaharian penduduk mayoritas di kelurahan Takatidung adalah perdagangan/jasa dan perikanan/nelayan serta pegawai pemerintah.

-          Potensi Ekonomi

Di Kelurahan Takatidung mempunyai beberapa sektor yang menunjang kegiatan perekonomian di  kelurahan tersebut, diantaranya yaitu pertanian dan perikanan/nelayan, sekalipun sebagian besar penduduknya bekerja sebagai perdagangan/jasa. Produksi pertanian yang dominan di kelurahan Takatidung yaitu dari sektor pertanian padi.

Sementara sektor perikanan/nelayan yang jauh lebih menunjang kegiatan perekonomian selain perikanan laut adalah perikanan air tawar dan perikanan tambak, yang ada di sepanjang pantai yang landai di Kelurahan ini.

Hasil dari produksi pertanian yakni padi langsung di jual kepada tengkulak. sedangkan perikanan laut, tawar, dan tambak, langsung di datangi oleh pembeli sekalipun terkadang di pasarkan langsung kepasar-pasar terdekat di  luar wilayah kelurahan tersebut.

Sementara Potensi Ekonomi yang jauh lebih besar menambah pendapatan sebagian penduduk warga di Kelurahan Takatidung khususnya pada sektor Perikanan/nelayang adalah Budidaya Rumput Laut.

Hampir dari setengah jumlah Penduduk yang bermukim di sepanjang pantai di Kelurahan Takatidung, menekuni usaha budidaya rumput laut ini. 

Selain dari pada sektor perikanan/nelayan, sektor pertanian/peternakan khususnya bidang Peternakan merupakan salah satu Potensi ekonomi di Kelurahan ini sekalipun masih saja terdiri dari satu, dua  kelompok namun cukup untuk menambah pendapatan warga penduduk di
-          Masalah Ekonomi

Potensi yang cukup memberikan harapan masyarakat juga menyisakan permasalahan yang perlu perhatian lebih serius tidak lain adalah masalah perekonomian. Kondisi perekonomian masyarakat Kelurahan Takatidung  sangat bervariasi namun rata-rata tergolong masyarakat menengah. Mata pencaharian masyarakat bervariasi, ada yang menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil), bekerja pada perusahaan swata, sopir, tukang becak, nelayang bahkan wirausaha.

Kondisi perekonomian yang tergolong dalam masyarakat menengah tersebut masih dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari warga masyarakat Kelurahan Takatidung. Kondisi perekonomian yang tergolong dalam masyarakat menengah sangat memberikan     dampak    yang    cukup     signifikan    terhadap     tingkat    pendidikan
di kelurahan ini. selain dari pada itu masalah perekonomian yang tidak sedikit menyita perhatian warga masyarakat kelurahan Takatidung adalah  Kelompok budidaya/usaha rumput laut yang di mana hampir setengah dari jumlah penduduk yang bermukim sepajang pantai pesisir kelurahan menekuni pekerjaan/profesi ini.

Budidaya rumput laut tentunya memiliki prospek dan potensi ekonomi yang mampu menyerap tenaga kerja baru, namun lagi2, penduduk/warga kelurahan Takatidung di perhadapkan pada kondisi aspek Perbankan dan aspek sumber daya manusia (SDM). Aspek Perbankan tentunya Modal awal dan aspek SDM adalah dalam bentuk2 bantuan Pelatihan kewirausahaan dari Pemerintah. sehingga tentunya hasil dari usaha budidaya rumput laut, selain dijual mentah kepada tengkulak, namun juga bisa diolah dalam bentuk adonan/Kue dll. Dari pernyataan salah satu informan kelompok budidaya rumput laut kelurahan Takatidung yang banyak mengeluhkan dua hal tersebut di atas.

-          Potensi Sosial

Masyarakat Kelurahan Takatidung merupakan masyarakat yang secara turun temurun mendiami rumah di lingkungan mereka masing-masing. Dalam perkembangannya , tidak sedikit pendatang yang ikut bertempat tinggal di Kelurahan ini. Hal ini biasanya dikarenakan hubungan kekeluargaan dengan masyarakat asli maupun karena faktor lokasi pekerjaan. Di sisi lain tidak sedikit pula warga Takatidung yang meninggalkan kampung halamannya demi mencari penghidupan yang lebih baik. Dan tidak sedikit dari mereka yang berhasil dengan merantau di kota-kota besar di Indonesia.

Masyarakat Kelurahan Takatidung dengan mayoritas bermata pencaharian sebagai Perdagangan/jasa dan Perikanan/nelayan. Kelebihan atau keunikan yang mereka miliki, yang saat ini sangat sulit ditemukan terutama di perkotaan adalah jiwa sosial yang sangat tinggi.
Antusiasme dalam mengikuti setiap kegiatan yang diadakan berbagai pihak untuk kemajuan Kelurahan dengan sukarela mereka hadiri. Jiwa gotong royong dan semangat saling membantu terhadap tetangga maupun warga lainnya ditunjukkan dengan keikutsertaan mereka secara sukarela ketika ada yang membutuhkan, ada yang memiliki hajat hingga pembangunan-pembangunan sarana umum, mereka dengan ikhlas menyumbangkan pikiran, tenaga, bahkan harta untuk memajukan Kelurahan. Meski tidak ada kegiatan budaya khusus tapi jiwa gotog royong dan semangat kebersamaan menjadi modal dan potensi yang bisa memajukan Kelurahan Takatidung ke depannya.

Secara umum, masyarakat Kelurahan Takatidung tergolong sebagai masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah hal tersebut terlihat dengan jenis pekerjaan dimana mereka masih memiliki sawah/pekarangan/tegalan yang juga menghasilkan. Secara fisik, hal tersebut terlihat dengan bangunan-bangunan yang meski sederhana telah berlantai meski plesteran. Dalam proses perencanaan Kelurahan secara partisipatif ini, masyarakat Kelurahan Takatidung memiliki antusiasme serta kepedulian untuk ingin tahu, ikut, dan berproses dalam tiap kegiatan yang diadakan guna merencanakan Kelurahan Takatidung menjadi Kelurahan yang sehat, berjati diri, berkarakter, dan produktif. Tidak sedikit dari mereka yang selalu aktif memberikan masukan, gagasan, ide demi kemajuan Kelurahan. Hal tersebut terlihat dari apresiasi mereka dalam setiap kegiatan. apresiasi mereka dalam setiap kegiatan.
Permasalahan Sosial

sejumlah persoalan, antara lain adalah masih tingginya persentase jumlah Kepala Rumah Tangga/MBR di Kelurahan Takatidung. Berdasarkan data Base line yang di hasilkan TPP/TIPP  Kelurahan Takatidung, persentase jumlah Kepala Rumah Tangga/MBR pada tahun 2015 adalah 71,31%.

Hal ini disebabkan pertumbuhan dan pembangunan wilayah tidak mampu mengatasi terjadinya kesenjangan pendapatan antara masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dengan yang berpenghasilan tinggi. (Non MBR).

Masyarakat berpenghasilan rendah sangat sulit memperoleh rumah yang layak huni dan terjangkau, sehingga salah satu masalah terbesar penataan Permikiman Kelurahan Takatidung adalah penataan pemukiman padat.Tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan sekaligus juga melambangkan tingkat kesejahteraan penghuninya.

Bagi orang-orang yang berpenghasilan besar, mereka dapat membangun rumah bertingkat yang besar dan nyaman, memiliki halaman luas dan asri dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang lengkap serta memadai.  Tetapi orang orang miskin hanya mampu memiliki rumah yang bersifat sementara dan sangat jelek baik struktur maupun infrastruktur yang ada.
Rumah-rumah dibangun seadanya saja sekedar bisa berlindung dari panas dan hujan maupun dinginnya udara dimalam hari, karena lahan yang ditempati bukan milik sendiri tetapi diperoleh secara illegal.
Penghuni pemukiman kumuh ini harus puas tinggal dirumah petak atau gubuk reyot yang saling berhimpitan, dikelilingi saluran air mampet dan sampah disepanjang jalan setapak dan lorong –lorong sempit, dengan ruangan kecil di sepanjang pantai Kelurahan ini.

-          Potensi Budaya

Masyarakat Kelurahan Takatidung adalah masyarakat yang sangat kental dengan budaya-budaya lokal secara turun temurun. Diantara budaya lokal tersebut yakni Mappatamma, Maulid Nabi dan acara Rabana. Mappatamma adalah satu jenis budaya warga masyarakat ketika Khatam Al-Qur,an sebagai wujud apresiasi orang tua kepada anaknya, dimana Pujaan hati/anak duduk diatas punggung kuda/Sayyang Pattu’du.

Sayyang Pattu’du adalah kuda yang dihias dan akan menari apabila mendengar bunyi kendang Rabana, lalu kemudian diarak di ikuti bunyian alunan kendang Rabana menuju kerumah guru ngaji untuk menguji bahwa anak tersebut sudah benar2 tamat/Khatam Al-Qur,annya. Sementara Maulid Nabi adalah satu rangkaian jenis budaya memperingati hari kelahiran Nabi besar Muhammad SAW....

-          Permasalahan Budaya

Sejalan dengan perkembangan jaman dan waktu yang sekarang ini di kelurahan Takatidung, budaya yang menjadi turun temurun warga masyarakat kelurahan Takatidung seperti yang telah di paparkan diatas kini tidak semarak yang di lakukan warga Takatidung semasa 15 tahun silam. Ini tidak lain di sebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor sosial dan budaya itu sendiri. Faktor kemiskinan dan apatisme warga masyarakat sebagai pemicu utamanya.

Kemiskinan tersebar disepanjang pelosok2 wilayah permukiman kumuh kelurahan Takatidung. Berdasarkan data Base line yang di hasilkan TPP/TIPP Kelurahan Takatidung, persentase jumlah Kepala Rumah Tangga/MBR pada tahun 2015 adalah 71,31%.

Dengan kesenjangang sosial yang sangat tinggi tentunya membuat budaya-budaya lokal yang seharusnya dilestarikan kini pelan2 hilang dari peradabannya. Sekalipun masih saja ada beberapa warga kelurahan Takatidung merayakan budaya Mappatamma, Maulid Nabi, Sayyang Pattu’du dan Rabana namun budaya tersebut di lakukan oleh warga masyarakat menengah keatas/Non MBR.
Kesenjangan sosial yang sangat tinggi, berdampak juga pada dunia pendidikan anak2. Sehinnga berdasarkan salah seorang informan di kelurahan Takatidung, mengatakan bahwa tidak ada jaminan budaya lokal yang menjadi turun temurun, bisa lagi di lestarikan khususnya kepada generasi muda di kelurahan Takatidung..
KONDISI FISIK DASAR
Kondisi Topografi

Kondisi topografi di Kelurahan Takatidung berada di Dataran rendah daerah Pesisisir dan mempunyai ketinggian   0-12 (MDPL) meter diatas permukaan laut dan beriklim Tropis. Pada wilayah Kelurahan Takatidung terdiri dari 5 lngkungan. Dan luas keseluruhannya memiliki total 3,84 km2, wilayah/lingkungan yang merupakan wilayah terbesar adalah lingkungan Galung Latea, dengan luas 245,23 Ha dan wilayah yang terkecil adalah lingkungan Kamp Pajala, luas 6,45 Ha.

Kondisi Geologi

Mayoritas masyarakat kelurahan Tatidung adalah bermata pencaharian sebagai petani. Jenis tanah yang terdapat di wilayah kelurahan Takatidung sebagian besar terdiri dari jenis tanah ALUVIAL.
 Hal ini dikarenakan jenis tanah di wilayah kelurahan Tatidung sangat subur dan cook untuk pertanian, karena jenis tanah tersebut terbentuk dari endapan tanah liat bercampur dengan pasir halus, berwarna coklat hitam kelabu dengan daya penahan air yang yang baik dan banyak mengandung mineral yang baik untuk pertumbuhan tanaman.

Kondisi Hidrologi

Guna peningkatan kualitas lingkungan,kondisi hidrologi terkait dengan beberapa hal antara lain; ketersediaan air baku, sistem pembuangan air limbah (drainase),dan penanganan daerah genangan,serta kepekaan tanah dalam hal penanganan lahan untuk penyiapan infrastruktur lingkungan. Kedalaman air tanah di Kelurahan Takatidung antara 5-7 meter,

hal tersebut dapat terlihat dari kedalaman sumur artesis yang digunakan oleh masyarakat sebagai salah satu sumber air baku. Kondisi air tanah tersebut memilik ifiltrasi yang kurang sehingga untuk dijadikan sebagai sumber air minum (konsumsi) memerlukan pengolahan hingga memperoleh air minum yang higienis berdasarkan standar kesehatan untuk layak konsumsi.

Kondisi Iklim

Iklim yang berkembang di wilayah kelurahan Takatidung adalah iklim tropis rendah hingga tinggi. Iklim tropis rendah hingga tinggi meliputi sebagian besar wilayah kelurahan ini.

KONDISI FUNGSI PENGGUNAAN LAHAN

Tata guna lahan merupakan suatu bentuk penggunaan lahan di suatu daerah. Secara umum, tata guna lahan dibagi menjadi 2, yaitu: Terbangun, adalah lahan yang sudah dimanfaatkan dengan pendirian bangunan berupa perumahan, jalan, dan bangunan sarana seperti sarana perdagangan dan jasa, pendidikan, kesehatan, peribadatan, sosial budaya, dan lain-lain; Tidak terbangun, adalah lahan yang tidak dimanfaatkan dengan pendirian bangunan, yaitu sawah, ladang, tambak, ruang terbuka hijau, lapangan, dan makam.

Lahan pertanian di kelurahan Takatidung  digunakan untuk sawah. Luas lahan pertanian jauh lebih besar dari lahan perkebunan Perikanan air tawar dan tambak di kelurahan Takatidung.  

Potensi Lahan

Sebagaimana kondisi geologi di kelurahan Takatidung, struktur tanah lahan pertanian dan perkebunan sangat subur, berdasarkan data base line tahun 2015, rata2 masyarakat kelurahan Takatidung mayoritas bermata pencaharian sebagai Petani, sebesar 12%.

Selain lahan pertanian dan perkebunannya yang subur,  masih banyak lahan2 yang masih kosong. Sehingga bisa memberi ruang bagi penduduk warga kelurahan Takatidung untuk lebih menata wilayahnya biar Nampak lebih asri, hijau diantaranya adalah Ruang Terbuka Hijau/RTH.

 Permasalahan Tata Guna Lahan

Masyarakat Kelurahan Takatidung, masih saja di sisakan masalah tata guna lahan. Ini tidak lain di Kelurahan Takatidung hampir rata2 penduduk/warganya tinggal dan bermukim di sepanjang garis sempadan laut dan sungai, dan kondisi bangunan hunian satu dengan lainnya tidak teratur sesuai dengan Standar Pelayanan Minimum (SPM).

Data base line tahun 2015, menunjukkan angka Keteraturan Bangunan hanya sebesar 47%, yang berarti di Kelurahan Takatidung masih saja disisakan berbagai persoalan terkait  Permasalahan Tata Guna Lahan.

Permasalahan Tata Guna Lahan di Kelurahan Takatidung diantaranya adalah: Bangunan hunian yang tidak menghadap keakses jalan, atau menghadap keakses jalan namun lebar jalannya tidak sesuai dengan SPM atau (a ≤ 1.5 m).
  
 






Tidak ada komentar:
Write komentar